Islam Sebagai Agama yang Sempurna

Tinjauan QS. al-Maidah: 3

Keuniversalan Islam tertuang dalam kitab suci al-Qur’an yang memuat berbagai macam petunjuk dan pedoman bagi umat manusia. Tidak hanya itu, kitab suci yang tidak pernah habis digali ilmu dan keajaibannya tersebut senantiasa tetap terjaga keotentikannya sejak pertama kali diwahyukan. Maka, tidak berlebihan jika setiap muslim menganggap agama Islam merupakan agama yang sempurna. Utamanya hal ini didukung dengan firman Allah SWT yang secara gamblang meproklamirkan kesempurnaan Islam sebagai agama di dalam al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 3.

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ 

Pada hari ini, telah Kusempurnakan untukmu agamamu, yakni hukum-hukum halal maupun haram yang tidak diturunkan lagi setelahnya hukum-hukum dan kewajiban-kewajibannya (dan telah Kucukupkan padamu nikmat karunia-Ku), yakni dengan menyempurnakannya dan ada pula yang mengatakan dengan memasuki kota Mekah dalam keadaan aman (dan telah Kuridai), artinya telah Kupilih Islam itu sebagai agama kalian. (Tafsir Jalalayn QS. al-Maidah: 3)

Ayat tersebut turun di Arafah, saat Nabi Muhammad SAW berada di atas onta dalam rangka menjalankan hajjatul wada’ (haji perpisahan) tepat pada hari Jum’at, 9 Dhulhijjah 10 Hijriyah atau 27 Oktober 632 M. Menurut riwayat Ibn Juraij, 81 hari setelah turunnya ayat itu Nabi Muhammad SAW wafat (lihat: Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003), 92; Moh. Ali Aziz, Mengenal Tuntas Al-Qur’an (Surabaya: Imtiyaz, 2015), 33.) Ayat yang umumnya dipahami sebagai wahyu yang terakhir turun ini, sering dijadikan dalil untuk mendakwahkan bahwa setiap muslim wajib mengaplikasikan keIslaman secara sempurna. Singkatnya, karena agama Islam telah sempurna, maka setiap muslim didorong untuk mengamalkannya secara totalitas. Pendapat lain yang umum dipahami dari ayat tersebut adalah, karena Islam sudah sempurna, maka bentuk dari kesempurnaannya adalah mengatur segala aspek kehidupan, mampu mencakup seluruh perkara, serta sesuai di setiap zaman, tempat, dan umat (baca: Abdurrahman bin Hammad Alu Muhammad, Din al-Haq (Saudi Arabia: Wazaratu al Syu’un al-Islamiyah), 35.).

Tinjauan QS. an-Nisaa: 125

Nama “Islam” diberikan oleh Allah SWT. Dia juga menyatakan, bahwa hanya Islam agama yang diridhai-Nya dan siapa yang memeluk agama selain Islam, kehidupannya akan merugi di akhirat nanti. Islam juga dinyatakan telah sempurna sebagai ajaran-Nya, yang merupakan rahmat dan karunia-Nya bagi umat manusia, sehingga mereka tidak memerlukan lagi ajaran-ajaran selain Islam. Banyaknya nabi yang diutus Allah SWT dengan membawa agama-Nya untuk umat dan zaman yang berbeda-beda tidaklah berarti, bahwa agama Allah SWT itu banyak, sebab seluruh millah atau ajaran yang dibawa oleh para nabi di bawah satu panji, yakni Islam.

وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينٗا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٰهِيمَ خَلِيلٗا

(Dan siapakah) maksudnya tidak seorang pun (yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya) artinya ia tunduk dan ikhlas dalam beramal (karena Allah SWT, sedangkan dia berbuat kebaikan) bertauhid (serta mengikuti agama Ibrahim) yang sesuai dengan agama Islam (yang lurus) menjadi hal, arti asalnya jalan condong, maksudnya condong kepada agama yang lurus dan meninggalkan agama lainnya. (Dan Allah SWT mengambil Ibrahim sebagai kesayangan-Nya) yang disayangi-Nya secara tulus dan murni. (Tafsir Jalalayn QS. an-Nisaa: 125)

Pada ayat 125 ini Allah SWT kembali menegaskan, bahwa siapa yang mengikhlaskan dirinya kepada Allah SWT, di mana ia betul-betul berserah pada-Nya, dan meninggalkan segala bentuk pengkhianatan pada-Nya, maka itulah prototipe orang yang betul-betul beragama serta tunduk kepada Allah SWT. Islam adalah agama yang mengharuskan pemeluknya tunduk, pasrah, dan hanya berserah kepada Allah SWT semata. Setelah itu, Islam juga mengharuskan umatnya untuk senantiasa berbuat amal kebajikan, sebab itu adalah bentuk penyempurnaan dari komitmen seseorang untuk “berIslâm”. Allah SWT tegaskan lagi, bahwa Islam itu adalah millah yang dulu pernah dibawa oleh Ibrahîm. Ungkapan ini adalah bantahan terhadap Yahudi dan Nasrani, yakni bahwa Ibrahîm adalah seorang muslim dan bukan berasal dari kalangan mereka, yahudi atau nashrani. Kemudian, pada ayat ini juga diinformasikan, bahwa Ibrahîm adalah seorang nabi pilihan di mana ia diberi gelar khalîlullah (lihat: Abû Al-Qâsim Muhammad ibn Umar Al-Zamakhsyariy Al-Kawârizmiy, Al-Kasysysâf ‘an Haqâ’iq Al-Tanzîl wa ‘Uyûn Al-Aqâwil fiy Wujûh Al-Ta’wîl, (cet. ke-1, juz I, Beirut: Dâr Al-Ma’rifah), h. 602).

Kesempurnaan Islam

Semua ulama bersepakat, bahwa rangkaian nabi-nabi berakhir pada Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah nabi dan rasul penutup, sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT di dalam kitab suci al-Qur’an. Keyakinan ini berimplikasi kepada keyakinan lainnya, bahwa rentetan wahyu yang Allah SWT turunkan sejak Nabi Adam AS juga berakhir pada Nabi Muhammad SAW. Dan hal ini masih memiliki implikasi selanjutnya, bahwa agama (dîn) yang berevolusi berakhir dengan mengambil bentuk agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu agama Islam. Agama yang paling memadai dan sempurna (baca: Yunan Yusuf, Implikasi Sosial Keagamaan Muhammad Sebagai Penutup Utusan Allah SWT dalam Kontekstualisasi Islam dalam Sejarah, (Jakarta, Paramadina, 1995), 537).

Islam sebagai agama yang syumul (sempurna) berarti lengkap (lihat: Tim P5 I UNISKI. 2009: 34). Ditandai dengan:

  • Syumuliyah az-Zaman (sepanjang masa). Hal ini dibuktikan dengan ciri risalah Nabi Muhammad SAW dilaksanakan sepanjang masa sampai hari kiamat;
  • Sumuliyah al-Minhaj mencakup semua’. Semua aspek lengkap terdapat dalam Islam, misalnya jihad dan dakwah (sebagai penyokong Islam), akhlak dan ibadah (sebagai bangunan Islam), dan aqidah (sebagai atas Islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai agama.
  • Syumuliyah al-Makaan (semua tempat). Allah SWT yang menciptakan manusia dan alam adalah satu saja. Penciptaan alam ini hanya Allah SWT saja, sehingga satu ciptaan dan satu tempat, maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan kepadanya.

Aspek ibadah dalam Islam menjangkau keseluruhan wujud manusia secara penuh seorang muslim beribadah kepada Allah SWT dengan lisan, fisik, hati, akal, dan bahkan kekayaannya. Lisanya mampu berdzikir, berdoa, tilawah, dan amar ma’ruf nahi munkar. Fisiknya mengiringi dengan berdiri, ruku’, sujud, puasa serta berbuka, berjihad, berolahraga, dan membantu mereka yang membutuhkan. Hatinya beribadah dengan rasa takut (khauf), berharap (raja’), cinta (mahabbah), dan bertawakal kepada Allah SWT. Ikut berbahagia atas kebahagiaan sesama, berbela sungkawa atas musibah sesame, akalnya beribadah dengan berfikir, merenungkan kebesaran dan ciptaan Allah SWT, hartanya diinfakkan untuk pembelajaran yang dicintai dan diperintahkan Allah SWT, serta membawa kemaslahatan bersama.

Aspek akhlak Islam memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan manusia dengan optimal. Akhlak Islam menjangkau ruhiyah, fisik, agama, duniawi, logika, perasaan, keberadaannya sebagai wujud individu atau wujudnya sebagai masyarakat. Akhlak Islam meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pribadi, seperti kewajiban memenuhi kebutuhan fisik dengan makan dan minum yang halalan thoyiban, menjaga kesehatan, seruan agar manusia mempergunakan akalnya untuk berfikir akan keberadaan dan kekuasaan Allah SWT, serta lainnya. Hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, seperti hubungan suami istri dengan baik, hubungan anak dan orang tua, hubungan dengan kerabat, dan sanak saudara. Semuanya diajarkan dalam Islam untuk saling berkasih sayang dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, seperti seruan untuk memuliahkan tamu, etika bertamu, mengajarkan bahwa tetangga merupakan keluarga dekat, hubungan muamalah yang baik dengan saling menghormati, seruan untuk berjual beli dengan adil, dlsb., sehingga menjadikan umat manusia dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis. Islam juga mengatur akhlaq yang berkaitan dengan menyayangi binatang, seperti tidak menyakiti dan membunuhnya tanpa alasan. Akhlaq Islam juga berkaitan dengan alam raya, sebagai obyek berfikir, merenung, dan belajar.

Melalui Islam, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan kitabnya al-Qur’an, manusia telah mencapai kematangan dan karenanya, setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW, tidak diperlukan lagi adanya wahyu Tuhan. Namun, karena umat manusia masih mengalami krisis moral dan mereka tidak dapat mengimbangi derap kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang sangat cepat, maka setiap orang agar tercapai kematangan, selalu tergantung kepada perjuangannya yang terus menerus untuk mencari petunjuk dari al-Qur’an, yang di dalamnya seluruh wahyu Allah SWT sudah disempurnakan turunnya (baca: Ibid., Yunan Yusuf, Implikasi Sosial…, 538-539).

Wallahu a’lam bish showab.

Oleh: Taufik Hidayat

Tulisan ini telah tayang di https://wartapilihan.com/islam-sebagai-agama-yang-sempurna/

Tinggalkan komentar